DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang …………………………………………………………..……1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi dari angular
cheilitis…………………………………………………6
B.
Faktor
penyebab angular cheilitis……………………………………………..7
C.
Ciri
ciri Angular Cheilitis………………………………..………………….. 11
D.
Gejala
Angular Cheilitis…………………………………………………….. 12
E.
Pencegahan Angular Cheilitis…………………………………………...…...14
F.
Diagnosis Angular Cheilitis…………………………………………………14
G.
Pengobatan
Angular Cheilitis………………………………………………...15
H.
Usia
penderita Angular Cheilitis ……………………………………………18
BAB
III PEMBAHASAN
A. Geografis
Puskesmas Tanjung Satai ………………………………………...19
B. Usia
penderita Angular Cheilitis di Puskesmas……………………………...20
C. Program
pelayanan Puskesmas………………………………………………21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan …………………………………………..…………………..….22
B. Saran
…………………………………………………….………………..…23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pembangunan Kesehatan
Kementerian Kesehatan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional
(RPJMN) 2016-2019 yang termaktuf dalam agenda Prioritas Kabinet Kerja yang di
kenal dengan Nawa Cita diantaranya memiliki arah kebijakan yaitu meningkatkan
derajat kesehatan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan baik pada
tingkat individu, keluarga maupun masyarakat untuk program Indonesia sehat.
RPJMN memiliki fokus
kebijakan pada penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) yang berkualitas terutama melalui penguatan
upaya promotif dan preventif, pengembangan sistem jaminan kesehatan nasional,
penguatan sistem pengawasan obat dan makanan serta penurunan kematian ibu dan
kematian balita. Untuk mewujudkan pembangunan nasional tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional secara berkesinambungan, serta untuk tercapainya tujuan
pembangunan nasional dibutuhkan antara lain sumber daya manusia yang tangguh,
mandiri dan berkualitas. Kesehatan gigi dan
mulut yang baik dapat diwujudkan melalui pengetahuan dan perilaku yang baik dan
benar terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan merupakan
faktor penting yang membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan yang kurang akan
membentuk perilaku dan sikap yang keliru terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
Kesehatan merupakan hal terpenting yang
harus dioptimalkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Banyak yang
perlu diperhatikan dan diubah dari perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan yang terpenting adalah dimana setiap individu mau mengatasi masalah
kesehatannya dan mencegah penyakit yang mungkin banyak terjadi di masyarakat,
salah satunya masalah yang berperan di masyarakat dan harus ditanggulangi
adalah penyakit angular cheilitis yang
sering terjadi. Penanggulangan tersebut dilakukan untuk mencegah penyakit
tersebut menyebar di masyarakat yang diakibatkan dari perilaku masyarakat yang
tidak sehat.
Angular
cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut
mulut. Angular cheilitis berasal dari kata angular yang artinya sudut, dan
cheilitis yaitu inflamasi disertai dengan fisur pada kulit bibir dimulai di
perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Angular cheilitis mempunyai
nama lain seperti perleche, commissural cheilitis dan angular stomatitis.
Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia.
Angular
cheilitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang melibatkan komisura
bibir dan dikenal sebagai commissural cheilitis, angular stomatitis, perleche
atau cheilosis. Walaupun angular cheilitis bukan suatu masalah yang
membahayakan namun dapat mempengaruhi rasa nyaman seseorang dalam aktivitas
keseharian seperti rasa sakit bila tertawa, makan dan minum. Anak-anak yang
menderita angular cheilitis juga akan sulit untuk makan sehingga asupan gizi
berkurang sekaligus menyebabkan daya tahan tubuh mereka menurun.1-4 Prevalensi
angular cheilitis menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan angka yang cukup tinggi. Angka
kejadian angular cheilitis secara umum yang paling sering dijumpai adalah pada
anak dan juga orang tua yang disebabkan faktor defisiensi nutrisi serta
pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat.
Hasil laporan tahunan kesehatan mulut Amerika
Serikat tahun 2002 melaporkan bahwa sebanyak 2,5% orang dewasa menderita
angular cheilitis, sedangkan pada survei penelitian di Kushalnagar, India
didapati anak yang berasal dari Tibet menunjukkan tingkat prevalensi angular
cheilitis yang tinggi sebanyak 15,3%.4,5 Menurut Feng, prevalensi lesi mukosa
oral di Shanghai adalah 10,8% dan di antara lesi mukosa oral yang sering
terjadi adalah angular cheilitis sebanyak 0,86%.
Prevalensi
angular cheilitis di Indonesia belum jelas diketahui. Kandidiasis adalah suatu
infeksi yang disebabkan infeksi fungal dimana angular cheilitis merupakan salah
satu bentuk kandidiasis oral. Faktor utama penyebab angular cheilitis adalah
mikroorganisme yang disebabkan agen infeksi fungal dan bakterial. Angular
cheilitis dapat juga terjadi pada pasien yang mempunyai kebiasaan menjilat
bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura
mulut. Selain itu, angular cheilitis dapat terjadi karena oklusi yang salah
serta biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian
gigi tiruan. Agen infeksi atau mikroorganisme merupakan penyebab utama dari
angular cheilitis, dimana sebagian besar penyebab angular cheilitis adalah
infeksi kombinasi dari kandida albikans dan stafilokokus aureus namun angular
cheilitis lebih sering terjadi karena infeksi fungal.
Penumpukan
saliva yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme tersebut menyebabkan
terjadi infeksi pada sudut mulut sehingga timbul inflamasi ringan yang secara
klinis ditandai dengan fisur merah pada sudut mulut. Ohman dan Jontell
menyatakan bahwa ada hubungan antara kandida albikans dan stafilokokus aureus
dengan kasus angular cheilitis. Penelitian tersebut mengevaluasi mikroba dan
perawatan antimikroba untuk angular cheilitis dimana setelah dilakukan
pemeriksaan awal, pasien diberi obat atau salep yang mengandung nistatin serta
krim asam fusidat. Lesi yang dirawat dengan nistatin sembuh setelah 28 hari.
Devani dan Barankin menyatakan bahwa perawatan
angular cheilitis dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor etiologi utama.
Jika faktor etiologi angular cheilitis adalah mikroorganisme dari agen infeksi
seperti stafilokokus aureus, maka perawatan topikal antara mupirosin atau krim
asam fusidat dengan 1% krim hidrokortison sangat baik dan efisien. Apabila
angular cheilitis disebabkan oleh kandida maka salep antifungal seperti
ketokonazol perlu diberikan untuk merawat lesi tersebut.
American
Dental Association (ADA) menyebutkan bahwa salah satu pengobatan angular
cheilitis adalah dengan krim antifungal topikal sedangkan literatur lain
merekomendasikan antifungal termasuk nistatin, tablet hisap klotrimazol, atau
flukonazol dosis tunggal 200 mg. Walaupun angular cheilitis dapat disebabkan
oleh stafilokokus aureus, namun menurut beberapa literatur, angular cheilitis
lebih sering dirawat dengan antifungal topikal dibandingkan antibakterial
topical
Penyakit
yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan sakit ketika
sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini disebabkan
oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah, denture
sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut,
membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah.
(Burket’s.1994)
Angular
cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan suatu
lesi yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, pecah-pecah pada sudut mulut,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa
kering pada sudut mulut (Pinkham, 1988 & Derrick, 1987). Menurut Stannus
(dalam Scully, 2004) lesi ini dapat melebar sampai ke bawah bibir dan
kemungkinan meluas hingga mukosa pipi. Angular cheilitis biasanya terjadi pada
sudut bibir mulut, yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan
berlanjut hingga ke kulit.
Angular
cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti
fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan
disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan
nyeri. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk Angular cheilitis yang
disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah
digeneralisasikan untuk semua Angular cheilitis dengan berbagai etiologi.
Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang cepat,
karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala Angular
cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok
usia tertentu, dapat mempengaruhi anak-anak dan orangtua tetapi menurut
(Braurer dalam Nazriyanti, 2002)
Angular
cheilitis ini sering dijumpai pada anak-anak. Baik anak-anak maupun remaja
dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling
sering ialah dekade 4, 5, dan 6. Kasus unilateral pada angular cheilitis sering
terjadi dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir,
sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik
seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis. Lama
penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun, tergantung
etiologinya.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi dari angular cheilitis
2. Untuk
mengetahui faktor penyebab angular cheilitis
3. Untuk
mengetahui ciri ciri Angular Cheilitis
4. Untuk
mengetahui gejala Angular Cheilitis
5. Untuk
mengetahui pencegahan Angular
Cheilitis
6. Untuk
mengetahui diagnosis Angular Cheilitis
7. Untuk
mengetahui pengobatan Angular Cheilitis
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dari angular cheilitis
Angular
cheilitis atau disebut juga perleche
atau angular cheilosis merupakan suatu lesi yang ditandai dengan
adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada
sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai
rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah,
retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser
dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)
Angular
cheilitis atau perleche
ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan
penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini
dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur,
kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai
dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.
(Susan,ZL. 2009)
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulutyang ditandai
dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarnakemerahan,
mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering padasudut
mulut. Angular cheilitis mengacu pada kondisi dimana terjadi
peradangan pada sudut mulut.Infeksi jamur dan bakteri diduga menjadi salah
satu penyebab kondisi ini.Sudut mulut yang mengalami peradangan biasanya akan
nampak pecah-pecah danmenyakitkan.
Orang-orang dengan kondisi tertentu seperti sistem
kekebalan tubuhrendah, menderita diabetes mellitus, dan air liur yang selalu
terkumpul di sudutmulut lebih rentan mengalami angular cheilitis. Pasien yang
menjalani radiasikepala dan leher juga memiliki risiko mengalami peradangan
sudut bibir.Selain itu, kekurangan zat besi, vitamin B12, dan folat juga
menjadi faktor pemiculain dari angular cheilitis. Etiologinya diperkirakan
berhubungan dengan infeksi Candida albicans Dan Staphylococcus aureus. Lesi ini dapat timbul unilateral atau bilateral, dasarnya basah
atau lembabdan bisa meluas ke mukosa pipi
awalnya jaringan mukokutan disudut mulut menjadi merah lunak dan berulserasi.Selanjutnya
fisura-fisura erimatus menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut
kekulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir
dan pipi. Seringkali menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi kembaliselama
fungsi mulut normal. Akhirnya dapat timbul nodula-nodula granulomatosakecil
berwarna kuning coklat.Angular cheilitis umumnya kronis dan bilateral,seringkali berhubungan dengan stomatitis gigi tiruan serta glositis.
B. Faktor
penyebab angular cheilitis
Ada
beberapa faktor etiologi dan predisposisi dari Angular Cheilitis seperti
infeksi jamur Candida albicans, defisiensi nutrisi, denture sore mouth,
avitaminosis, dan kebiasaan buruk. Angular Cheilitis sering terjadi pada
anakanak dengan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya
disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam
folat. Etiologi Angular cheilitis terutama defisiensi nutrisi berkorelasi
dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah
kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah.
Etiologi
angular cheilitis adalah multifaktorial seperti agen infeksi, faktor mekanis
dan defisiensi nutrisi dimana angular cheilitis dapat terjadi akibat satu
faktor ataupun kombinasi beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pemakaian
gigitiruan atau pemakaian gigi tiruan yang tidak tepat dengan penurunan dimensi
vertikal oklusi, keadaan defisiensi seperti hipovitaminosis (terutama vitamin
B), malabsorpsi dan kekurangan zat besi, serta kelainan dimana terdapat
perubahan pada anatomis bibir seperti, Orofacial granulomatosis, Crohn’s
disease dan Down Syndrome.
1. Agen
Infeksi
Beberapa literatur
melaporkan bahwa agen infeksi seperti kandida albikans dan stafilokokus aureus
dapat dikultur dari angular cheiltis. Agen infeksi merupakan penyebab utama dan
dapat diisolasi pada lebih dari 54% lesi, dimana sebagian besar adalah kandida
albikans dan stafilokokus aureus. Secara umum pasien yang menderita angular
cheilitis disebabkan oleh jumlah kandida albikans yang melebihi jumlah sebagai
flora normal dalam rongga mulut. Kandida albikans merupakan agen infeksi yang
paling sering diisolasi dan secara normal terdapat dalam saliva, namun kandida
albikans dapat menjadi faktor penyebab angular cheilitis apabila jumlah koloni
bertambah terutama pada pasien yang memakai gigi tiruan atau pada pasien
diabetes. Pada beberapa kasus angular cheilitis yang melibatkan pasien diabetes
mellitus yang tidak terkontrol terlihat adanya hubungan antara angular
cheilitis dan diabetes mellitus.
Xerostomia merupakan
salah satu manifestasi dari diabetes mellitus di rongga mulut. Xerostomia atau
mulut kering adalah kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya sekresi saliva
dimana menyebabkan efek self cleansing di dalam rongga mulut terganggu sehingga
jumlah flora normal di dalam rongga mulut tidak seimbang. Angular cheilitis
dapat terjadi karena ketidakseimbangan flora normal dalam mulut yang dapat
menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dengan lebih cepat sehingga terjadi
pertambahan jumlah koloni kandida albikans dan stafilokokus aureus.
2. Faktor
Mekanis
Angular cheilitis banyak terjadi pada
orang tua yang menggunakan gigi tiruan dengan dimensi vertikal yang terlalu
rendah Apabila tinggi dimensi vertikal berkurang karena kehilangan gigi atau
pasien memakai gigi tiruan yang tidak adekuat maka akan menyebabkan sudut mulut
turun dan membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Pada lipatan sudut mulut
tersebut akan menyebabkan penumpukan saliva sehingga menciptakan suasana yang
sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme agen infeksi.
Kebiasaan
menjilat sudut bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat
menyebabkan angular cheiltis dan seringkali terjadi pada anak-anak. Selain itu
kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut
mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi
mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan
bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).
3. Defisiensi
Nutrisi
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
defisiensi nutrisi adalah ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan
energi dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi-fungsi spesifik. Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita
angular cheilitis antara lain adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B
(B2, B6 atau B12), dan kekurangan protein.
Menurut Zaidan terdapat hubungan antara penderita anemia defisiensi besi
dengan angular cheilitis. Defisiensi besi dalam plasma darah akan menghambat
penyembuhan lesi dan dapat menyebabkan angular cheilitis. Oleh karena itu, pada
penelitian tersebut setelah diberikan diet suplemen yang mengandung zat besi,
lesi angular cheilitis sembuh.
Sumber utama vitamin B12 umumnya berasal dari bahan pangan hewani
terutama pada daging, susu, dan telur (Smith, 2008). Sedangkan asam folat banyak
diperoleh pangan nabati, seperti sayuran hijau dan kembang kol
(Sulistyoningsih, 2011). Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam sintesis
DNA. Untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif diperlukan vitamin B12, sehingga
folat dapat berfungsi normal memetabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf (Guyton dan Hall, 2008). Defisiensi
vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan penurunan DNA sehingga
mengakibatkan kegagalan pematangan dan pembelahan inti. Hal ini dapat
menghambat dalam proses penyembuhan luka (Guyton dan Hall, 2008). Terhambatnya
proses penyembuhan luka menunjukkan terjadinya penurunan kualitas mukosa oral
yang mengakibatkan mikroorganisme bakteri dan jamur mudah melekat pada mukosa
dan menurunkan sintesis protein yang menghambat metabolism sel. Perlekatan
jamur khususnya Candida albican ini dapat menjadi faktor penyebab angular cheilitis
(Lynch dkk,1994). Apabila tubuh
megalami defisiensi asam folat, maka dapat terjadi gangguan metabolisme DNA
yang mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel
yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih, serta sel
epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks. Defisiensi asam folat juga dapat
menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik, dan gangguan darah
lainnya, peradangan lidah (glositis), dan gangguan saluran cerna (Almatsier,
2001). Asupan vitamin B12 dan asam folat yang cukup bagi tubuh dapat mengurangi
resiko terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang dapat menyebabkan
abnormalitas dan pengurangan DNA yang mengakibatkan kegagalan pematangan inti
dan pembelahan sel (Guyton dan Hall, 2008). Menurut Stannus, Angular cheilitis
ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut mulut yang menyebar
sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi. Gejala awal
Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit
yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi
akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh
gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi
ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut
dibuka (Murai et al, 2008).
Secara umum angular cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering,
rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang
diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klimis yang paling
sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua
komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit
sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi
dan jaringan granulasi (Murai et al, 2008). Pada Angular cheilitis yang
berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat terlihat penipisan papilla lidah
(depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi seperti yang tampak pada
keadaan pasien (geographic tongue). Lidah yang merah dan berkilat (depapillated
glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu
kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B.
Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik
yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan
defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari
sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm.
Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi vermilion
bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura
terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas
terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi
tidak cenderung berdarah. Walaupun dapat berbentuk krusta yang bernanah pada
permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura di dalam
mulut, tetapi berhenti pada mucocutan junctional (Lubis, 2006).
Penyebab angular cheilitis belum diketahui secara pasti. Namun,
beberapakemungkinan penyebab diidentifikasi di bawah ini:
1. Kekurangan gizi : Salah satu pemicu
kondisi ini adalah kekurangan gizi.Seseorang yang mengalami kekurangan
riboflavin, kekurangan zat besi, dan/ataukekurangan seng kemungkinan akan
terkena angular cheilitis
2. Anorexia nervosa dan bulimia nervosa :
Anorexia nervosa dan bulimia
nervosa berhubungan dengan kekurangan gizi. Orang yang menderita masalah ini jugarentan
terhadap angular cheilitis
3. Sering muntah : Muntah konstan dalam
waktu lama melibatkan pembukaanmulut secara konstan. Isi perut yang keluar
umumnya setengah dicerna yangmembuat lembab sudut mulut sehingga membuatnya
rentan terhadap infeksi.
4. Kehilangan gigi : Kehilangan gigi umum
terjadi pada usia lanjut. Hal ini akanmembuat mulut kehilangan salah satu
penopangnya. Tekanan berlebih pada mulut bisa memicu angular cheilitis.5.
Cuaca dingin : Pada cuaca dingin, bibir akan mudah kering dan menjadi
pecah- pecah. Masalah ini sering diamati pada orang yang berada di iklim
dingin.
C. Ciri ciri Angular
Cheilitis
1. Terlihat
pada satu atau kedua sisi sudut mulut.
2. kemerahan
yang menyebar,
3. berbentuk
seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis,
4. terlihat
seperti ulser yang permukaannya berlapis
D. Gejala
Angular Cheilitis
Gejala klinis
1.
Luka dan rasa sakit di sudut mulut
merupakan gejala utama angularcheilitis.
2.
Luka ini berbentuk ruam merah atau
pembengkakan yang dapat menyebardi sekitar mulut.
3.
Jaringan mulut menjadi lunak dan ketika
mulut dibuka akan terjadi perdarahan.
4.
Dalam beberapa kasus, gejala ulserasi
(lesi inflamasi) dan keluarnya nanah juga dapat terjadi.
Gejala
awal Angular cheilitis ialah rasa
gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik
merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut
mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa
ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan
sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murray, J.J. 2008).
Tanda dan gejala lain yang mungkin muncul pada
sudut bibir yaitu
1. Sudut bibir terasa terbakar
2. Berdarah
3. Kulit melepuh
4. Pecah-pecah
5. Gatal
6. Sangat nyeri
7. Sudut bibir kemerahan
8. Bersisik
9. Bengkak
10. Jaringan mulut menjadi lunak dan ketika mulut dibuka akan terjadi perdarahan.
11. Bibir biasanya akan terasa kering dan tidak nyaman. Terkadang bibir dan mulut Anda terasa seperti terbakar. Jika iritasinya parah, kondisi tersebut bisa dapat menyulitkan Anda untuk makan.
E. Pencegahan Angular Cheilitis
Untuk pencegahan Anda harus menjauhkan dari kebiasaan yang bisa menyebabkan cheilitis angular, seperti:
1. Sudut bibir terasa terbakar
2. Berdarah
3. Kulit melepuh
4. Pecah-pecah
5. Gatal
6. Sangat nyeri
7. Sudut bibir kemerahan
8. Bersisik
9. Bengkak
10. Jaringan mulut menjadi lunak dan ketika mulut dibuka akan terjadi perdarahan.
11. Bibir biasanya akan terasa kering dan tidak nyaman. Terkadang bibir dan mulut Anda terasa seperti terbakar. Jika iritasinya parah, kondisi tersebut bisa dapat menyulitkan Anda untuk makan.
E. Pencegahan Angular Cheilitis
Untuk pencegahan Anda harus menjauhkan dari kebiasaan yang bisa menyebabkan cheilitis angular, seperti:
- Hindari kebiasaan menjilati
bibir
- Makan yang cukup gizi dan
nutrisi
- Cukupi asupan zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan
protein
- Tidak merokok
- Menjaga kadar glukosa dalam
darah dan konsumsi insulin dengan benar
F. Diagnosis Angular Cheilitis
Diagnosis
angular cheilitis dimulai dengan melakukan anamnesis tehadap pasien dan
melakukan pemeriksaan klinis. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
dilakukan untuk mengetahui keadaan lesi
termasuk durasi, perawatan sebelumnya, dan rekurensi jika ada. Selain itu,
anamnesis juga penting untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan langsung
pada pasien tentang riwayat penyakit sistemik seperti anemia, penyakit diabetes
mellitus, pemakaian obat-obatan dan alergi.
2. Pemeriksaan
Klinis
Pemeriksaan klinis
dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dengan observasi langsung lesi
yang ditandai dengan eritema dan fisur pada sudut mulut pasien. Pemeriksaan
intra oral juga dilakukan untuk melihat kehilangan gigi dan pemakaian gigi
tiruan yang tidak adekuat yaitu gigi tiruan dengan tinggi dimensi vertikal yang
berkurang.
3. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan mikrobiologi
pada lesi dapat membantu dalam menentukan jenis mikroorganisme yang menyebabkan
lesi tersebut. Pada beberapa kasus juga dianjurkan swab dan smear dari gigi
tiruan yang dipakai oleh pasien untuk mengidentifikasikan mikroorganisme yang
terlibat karena kebanyakan etiologi yang menyebabkan angular cheilitis pada
pemakaian gigi tiruan adalah kandida. Pemeriksaan hematologi diperlukan untuk
mendiagnosis angular cheilitis yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi
dengan cara mengukur jumlah serum besi atau ferritin, dan serum vitamin B12
G. Pengobatan
Angular Cheilitis
Perawatan Angular cheilitis pada anak
tidak berbeda dengan orang dewasa. Perawatan ini tergantung kepada etiologinya.
Apabila etiologi spesifik yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit
untuk disembuhkan dan dapat bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat
adanya infeksi merupakan etiologi sekunder, jika penyebab utama tidak dirawat,
pengobatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan kesembuhan permanen.
Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut pada anak harus dihilangkan
penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan lain. Bila disebabkan oleh
penyakit sistemik maka perawatan secara lokal tidak akan berhasil bila tidak
disertai perawatan secara sistemik (Morrison et al, 2003). Untuk mencegah
adanya pertumbuhan Candida albicans yang salah satunya akan menyebabkan Angular
cheilitis pada sudut mulut adalah dengan pengembalian keseimbangan lingkungan
rongga mulut.
Hal
yang paling penting adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh
tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Makan-makanan yang bergizi
seimbang dan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu perlunya juga
pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggosok gigi. Perawatan preventif dengan
menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut akan terjaga selain menghindari
terbentuknya lubanglubang gigi, penyakit gigi dan gusi. (Rippon, 1998)
Perawatan Angular cheilitis secara umum dapat diberikan salep anti jamur
myconazole secara topical. Dengan cara pemakaian dioleskan pada sudut mulut
3xsehari. Miconazole adalah turunan dari derivate 1-phenethyl-imidazole yang
merupakan anti jamur spectrum luas dan memiliki sifat bakterisid yang merusak
dinding sel jamur dengan cara berikatan pada sterol pada dinding sel jamur
sehingga permeabilitas sel meningkat. Hal ini menyebabkan obat masuk ke dalam
sel jamur dan merusak metabolismenya yang menyebabkan sel kehilangan molekul
seperti kalium dan komponen lainnya sehingga sel jamur menjadi lisis. Terapi
suportif yang diberikan adalah Biolisin sirup yang merupakan multivitamin
terdiri dari vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin
B12, Nikotinamida, Kalsium Pantotenat, dan
Lysin. Fungsi dari vitamin C yaitu dengan pembentukan kolagen, proteoglikan dan
bahan-bahan organik lain pada bagian antar sel dan jaringan.Vitamin B kompleks
berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Lysin bermanfaat sebagi penambah nafsu makan. Terapi multivitamin
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi jaringan pada mukosa
rongga mulut khususnya dalam proses perbaikan dan proliferasi sel.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin B perawatannya dengan memberikan suplemen vitamin B kompleks
atau multivitamin yang mengandung vitamin B . Akan tetapi, defisiensi satu
jenis vitamin biasanya diikuti gejala defisiensi nutrisi, maka dalam perawatannya
pemberian multivitamin lebih efektif daripada pemberian vitamin B kompleks
saja. Dilaporkan pengobatan penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan
terapi vitamin dapat sembuh dalam waktu 3 minggu (Decker RT, 2005).
Pasien diberikan instruksi agar dapat menjaga
kebersihan rongga mulut minimal dengan belajar menggosok gigi secara rutin dua
kali sehari pada saat pagi dan malam hari guna mengurangi faktor predisposisi
terjadinya angular cheilitis. Menggunakan obat yang telah diberikan (Biolisin sirup
dan miconazole) sesuai dengan anjuran, yaitu dengnan minum biolysin sirup
dengan takaran 1 sendok teh 1xsehari dan dengan mengoleskan miconazole pada
lesi 3xsehari. Makanmakanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan
nutrisi dalam tubuh sehingga dapat mengurangi faktor predisposisi terjadinya
Angular cheilitis. instuksi yang terakhir adalah kontrol setelah tujuh hari
melakukan perawatan. Pada saat pertama, keadaan rongga mulut pasien sudah tidak
seperti delapan hari yang lalu, karena sakit pada sudut mulut, rasa sakit dan
kmerahan pada lesi sudah hilang tetapi masih terdapat sedikit warna putih yang
berbatas jelas
Secara umum, proses fisiologis penyembuhan
luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama. Pertama, respon inflamasi akut
terhadap cedera mencakup hemostasis, pelepasan histamine dan mediator lain dari
sel yang rusak, dan migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan
makrofag) ke tempat yang rusak tersebut. Kedua fase destruktif yaitu
pembersihan jaringan mati dan yang mengalami devitalisasi oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag. Ketiga, fase proliferatif yaitu pembuluh darah
baru, yang diperkuat oleh jaringan ikat menginfiltrasi luka sehingga memerlukan
pasokan nutrisi yang cukup. Faktor sistemik dapat memperlambat penyembuhan luka
pada stadium ini.
Durasi penyembuhan pada fase proliferatif
adalah 3-4 hari. Keempat, fase maturasi mencakup reepitelisasi, kontraksi luka
dan reorganisasi jaringan ikat. Pada angular cheilitis terdapat sedikit
jaringan yang hilang, maka penyembuhan terjadi dengan penyatuan kedua tepi luka
berdekatan dan saling berhadapan. Jaringan granulasi yang dihasilkan sangat
sedikit. Reepitalisasi secara normal sudah sempurna dalam 10-14 hari dan
biasanya hanya menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar
dari warna merah muda menjadi putih Pada perawatan angular cheilitis dengan
menggunakan antifungal golongan azol, antifungal ini beraksi dengan menghambat
enzim sitokrom p-450 yang terlibat dalam sintesis sel fungal.
Target prinsipnya adalah 14α-demethylase
yang mengubah 14αmethylsterols menjadi ergosterol dalam membran sel fungal.
Oleh karena itu dapat menyebabkan perubahan membran sel fungal dengan
menghalangi 14α-demethylation step dalam sintesis ergosterol (pengurangan
ergosterol dan akumulasi dari 14α methylsterols), dimana ini merupakan
konstituen penting dari membran sel fungal yang menjadi permeabel terhadap
konstituen intraseluler dan menyebabkan perubahan dalam beberapa fungsi membran
terkait. Pada perawatan angular cheilitis dapat juga menggunakan antifungal
golongan polien yang bekerja dengan mengikat ergosterol membran sel jamur yang
akan menyebabkan kerusakan permeabilitas sel. Apabila biosintesis ergosterol
ini dihalang maka akan merusak permeabilitas sel membran fungal dan pada
akhirnya sel jamur akan mati.
H. Usia
penderita Angular Cheilitis
Angular
cheilitis yang diakibatkan dari infeksi jamur banyak menyerang padakalangan
anak – anak yang berusia 6 – 12 tahun yang disebabkan oleh penderita dengan
kesadaran kesehatan yang kurang baik dan kebutuhan akan nutrisi. Banyaknya
anak-anak yang terserang angular cheilitis dikarenakan pada usia anak-anak
tingkat kerentanan penyakit akan mudah menyerang apabila anak tersebut kurang
menjaga kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Penyakit Angular
cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut
mulut, penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebabnya antara lain Agen infeksi yaitu bakteri/ jamur
penyebabnya.
2.
Faktor mekanik, yaitu Kebiasaan menjilat sudut
bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat menyebabkan angular.
Selain itu kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva berkumpul
pada sudut mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi
mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan
bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).
3.
Faktor defisiensi Nutrisi yaitu
ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan
tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik.
Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara
lain adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan
kekurangan protein, untuk melakukan pencegahan penyakit ini maka dapat
dilakukan yaitu meninimalisisr dari factor resiko tersebut.
4.
Penyakit gigi dan mulut yang banyak
menyerang di Puskesmas Tanjung Satai Kecamatan Kepulauan Maya Kabupaten Kayong
Utara Kalimantan Barat adalah angular cheilitis yang menyerang pada anak-anak
usia 6-12 tahun.
5.
Program yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Satai Kecamatan Kepulauan Maya Kabupaten Kayong Utara
Kalimantan Barat selain memberikan pengobatan di Puskesmas juga memberikan
penyuluhan baik di posyandu melalui Puskesmas Keliling dengan memberikan
penyuluhan kepada orang tua dan memberikan pengobatan kepada penderita angular
cheilitis dengan cara memberikan antiseptik topikal, salep dan melakukan
suntikan filler, selain itu program yang digalakkan oleh puskesmas adalah
dengan memberikan makanan gratis di posyandu setiap 2 minggu sekali untuk
membantu memberikan nutrisi pada anak guna mencegah meluasnya penderita angular
cheilitis.
B. Saran
1.
Peningkatan Program Promotif dan Preventif
melalui Puskesmas Keliling dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat menghindari penyakit angular cheilitis.
2. Dalam upaya meningkatkan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dibutuhkan peran lintas sektoral untuk dapat berperan aktif
melalui kesepakatan bersama dalam rangka mendukung program kesehatan dengan
memberantas angular cheilitis
3.
Peran serta orang tua sangat diperlukan
untuk memperhatikan kesehatan anak dan untuk memenuhi nutrisi untuk tumbuh
kembang anak agar anak terhindar dari penyakit angular cheilitis.
DAFTAR
PUSTAKA
Burket’s.
Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th
ed.Philadelphia : J.B Lippincott Co, 1994: 66 – 7.
Masrizal.
2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol II (1).
Ohman
SC, Dallen G, et all. Angular cheilitis : A Clinical and Microbial
Study. J. Oral Pathology , Vol. 15, 1986: 213-7
Susan
ZL. Angular cheilitis; Etiologi and
diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6
Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th ed.
Newyork:oxford University Press; 2008: 177
Profil Puskesmas Tanjung Satai Kecamatan
Kepulauan Maya Kabupaten Kayong Utara, 2019
No comments:
Post a Comment