Tuesday, November 12, 2019

Angular Cheilitis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………………..……1
B.     Tujuan………….. …………………………………..………………….……..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.     Definisi dari angular cheilitis…………………………………………………6
B.     Faktor penyebab angular cheilitis……………………………………………..7
C.     Ciri ciri Angular Cheilitis………………………………..………………….. 11
D.    Gejala Angular Cheilitis…………………………………………………….. 12
E.     Pencegahan Angular Cheilitis…………………………………………...…...14
F.      Diagnosis  Angular Cheilitis…………………………………………………14
G.    Pengobatan Angular Cheilitis………………………………………………...15
H.      Usia penderita Angular Cheilitis ……………………………………………18

BAB III PEMBAHASAN
A.      Geografis Puskesmas Tanjung Satai ………………………………………...19
B.       Usia penderita Angular Cheilitis di Puskesmas……………………………...20
C.       Program pelayanan Puskesmas………………………………………………21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan …………………………………………..…………………..….22
B.     Saran …………………………………………………….………………..…23
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) 2016-2019 yang termaktuf dalam agenda Prioritas Kabinet Kerja yang di kenal dengan Nawa Cita diantaranya memiliki arah kebijakan yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan baik pada tingkat individu, keluarga maupun masyarakat untuk program Indonesia sehat.
RPJMN memiliki fokus kebijakan pada penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) yang berkualitas terutama melalui penguatan upaya promotif dan preventif, pengembangan sistem jaminan kesehatan nasional, penguatan sistem pengawasan obat dan makanan serta penurunan kematian ibu dan kematian balita. Untuk mewujudkan pembangunan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan nasional secara berkesinambungan, serta untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional dibutuhkan antara lain sumber daya manusia yang tangguh, mandiri dan berkualitas. Kesehatan gigi dan mulut yang baik dapat diwujudkan melalui pengetahuan dan perilaku yang baik dan benar terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan merupakan faktor penting yang membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan yang kurang akan membentuk perilaku dan sikap yang keliru terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan merupakan hal terpenting yang harus dioptimalkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Banyak yang perlu diperhatikan dan diubah dari perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan yang terpenting adalah dimana setiap individu mau mengatasi masalah kesehatannya dan mencegah penyakit yang mungkin banyak terjadi di masyarakat, salah satunya masalah yang berperan di masyarakat dan harus ditanggulangi adalah penyakit  angular cheilitis yang sering terjadi. Penanggulangan tersebut dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut menyebar di masyarakat yang diakibatkan dari perilaku masyarakat yang tidak sehat.
Angular cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut mulut. Angular cheilitis berasal dari kata angular yang artinya sudut, dan cheilitis yaitu inflamasi disertai dengan fisur pada kulit bibir dimulai di perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Angular cheilitis mempunyai nama lain seperti perleche, commissural cheilitis dan angular stomatitis. Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia.
Angular cheilitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang melibatkan komisura bibir dan dikenal sebagai commissural cheilitis, angular stomatitis, perleche atau cheilosis. Walaupun angular cheilitis bukan suatu masalah yang membahayakan namun dapat mempengaruhi rasa nyaman seseorang dalam aktivitas keseharian seperti rasa sakit bila tertawa, makan dan minum. Anak-anak yang menderita angular cheilitis juga akan sulit untuk makan sehingga asupan gizi berkurang sekaligus menyebabkan daya tahan tubuh mereka menurun.1-4 Prevalensi angular cheilitis menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan   menunjukkan angka yang cukup tinggi. Angka kejadian angular cheilitis secara umum yang paling sering dijumpai adalah pada anak dan juga orang tua yang disebabkan faktor defisiensi nutrisi serta pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat.
 Hasil laporan tahunan kesehatan mulut Amerika Serikat tahun 2002 melaporkan bahwa sebanyak 2,5% orang dewasa menderita angular cheilitis, sedangkan pada survei penelitian di Kushalnagar, India didapati anak yang berasal dari Tibet menunjukkan tingkat prevalensi angular cheilitis yang tinggi sebanyak 15,3%.4,5 Menurut Feng, prevalensi lesi mukosa oral di Shanghai adalah 10,8% dan di antara lesi mukosa oral yang sering terjadi adalah angular cheilitis sebanyak 0,86%.
Prevalensi angular cheilitis di Indonesia belum jelas diketahui. Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan infeksi fungal dimana angular cheilitis merupakan salah satu bentuk kandidiasis oral. Faktor utama penyebab angular cheilitis adalah mikroorganisme yang disebabkan agen infeksi fungal dan bakterial. Angular cheilitis dapat juga terjadi pada pasien yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut. Selain itu, angular cheilitis dapat terjadi karena oklusi yang salah serta biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian gigi tiruan. Agen infeksi atau mikroorganisme merupakan penyebab utama dari angular cheilitis, dimana sebagian besar penyebab angular cheilitis adalah infeksi kombinasi dari kandida albikans dan stafilokokus aureus namun angular cheilitis lebih sering terjadi karena infeksi fungal.
Penumpukan saliva yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme tersebut menyebabkan terjadi infeksi pada sudut mulut sehingga timbul inflamasi ringan yang secara klinis ditandai dengan fisur merah pada sudut mulut. Ohman dan Jontell menyatakan bahwa ada hubungan antara kandida albikans dan stafilokokus aureus dengan kasus angular cheilitis. Penelitian tersebut mengevaluasi mikroba dan perawatan antimikroba untuk angular cheilitis dimana setelah dilakukan pemeriksaan awal, pasien diberi obat atau salep yang mengandung nistatin serta krim asam fusidat. Lesi yang dirawat dengan nistatin sembuh setelah 28 hari.
 Devani dan Barankin menyatakan bahwa perawatan angular cheilitis dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor etiologi utama. Jika faktor etiologi angular cheilitis adalah mikroorganisme dari agen infeksi seperti stafilokokus aureus, maka perawatan topikal antara mupirosin atau krim asam fusidat dengan 1% krim hidrokortison sangat baik dan efisien. Apabila angular cheilitis disebabkan oleh kandida maka salep antifungal seperti ketokonazol perlu diberikan untuk merawat lesi tersebut.
American Dental Association (ADA) menyebutkan bahwa salah satu pengobatan angular cheilitis adalah dengan krim antifungal topikal sedangkan literatur lain merekomendasikan antifungal termasuk nistatin, tablet hisap klotrimazol, atau flukonazol dosis tunggal 200 mg. Walaupun angular cheilitis dapat disebabkan oleh stafilokokus aureus, namun menurut beberapa literatur, angular cheilitis lebih sering dirawat dengan antifungal topikal dibandingkan antibakterial topical
Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah, denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah. (Burket’s.1994)
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, pecah-pecah pada sudut mulut, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut (Pinkham, 1988 & Derrick, 1987). Menurut Stannus (dalam Scully, 2004) lesi ini dapat melebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas hingga mukosa pipi. Angular cheilitis biasanya terjadi pada sudut bibir mulut, yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.
Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk Angular cheilitis yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan untuk semua Angular cheilitis dengan berbagai etiologi. Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala Angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, dapat mempengaruhi anak-anak dan orangtua tetapi menurut (Braurer dalam Nazriyanti, 2002)
Angular cheilitis ini sering dijumpai pada anak-anak. Baik anak-anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling sering ialah dekade 4, 5, dan 6. Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari angular cheilitis
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab angular cheilitis
3.      Untuk mengetahui ciri ciri Angular Cheilitis
4.      Untuk mengetahui gejala Angular Cheilitis
5.      Untuk mengetahui pencegahan Angular Cheilitis
6.      Untuk mengetahui diagnosis  Angular Cheilitis
7.      Untuk mengetahui pengobatan Angular Cheilitis
BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi dari angular cheilitis
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur,  pecah – pecah pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. (Susan,ZL. 2009)
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulutyang ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarnakemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering padasudut mulut. Angular cheilitis mengacu pada kondisi dimana terjadi peradangan pada sudut mulut.Infeksi jamur dan bakteri diduga menjadi salah satu penyebab kondisi ini.Sudut mulut yang mengalami peradangan biasanya akan nampak pecah-pecah danmenyakitkan.
 Orang-orang dengan kondisi tertentu seperti sistem kekebalan tubuhrendah, menderita diabetes mellitus, dan air liur yang selalu terkumpul di sudutmulut lebih rentan mengalami angular cheilitis. Pasien yang menjalani radiasikepala dan leher juga memiliki risiko mengalami peradangan sudut bibir.Selain itu, kekurangan zat besi, vitamin B12, dan folat juga menjadi faktor pemiculain dari angular cheilitis. Etiologinya diperkirakan berhubungan dengan infeksi Candida albicans Dan Staphylococcus aureus. Lesi ini dapat timbul unilateral atau bilateral, dasarnya basah atau lembabdan bisa meluas ke mukosa pipi awalnya jaringan mukokutan disudut mulut menjadi merah lunak dan berulserasi.Selanjutnya fisura-fisura erimatus menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut kekulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi. Seringkali menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi kembaliselama fungsi mulut normal. Akhirnya dapat timbul nodula-nodula granulomatosakecil berwarna kuning coklat.Angular cheilitis umumnya kronis dan bilateral,seringkali berhubungan dengan stomatitis gigi tiruan serta glositis.
B.     Faktor penyebab angular cheilitis
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi dari Angular Cheilitis seperti infeksi jamur Candida albicans, defisiensi nutrisi, denture sore mouth, avitaminosis, dan kebiasaan buruk. Angular Cheilitis sering terjadi pada anakanak dengan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Etiologi Angular cheilitis terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah.
Etiologi angular cheilitis adalah multifaktorial seperti agen infeksi, faktor mekanis dan defisiensi nutrisi dimana angular cheilitis dapat terjadi akibat satu faktor ataupun kombinasi beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pemakaian gigitiruan atau pemakaian gigi tiruan yang tidak tepat dengan penurunan dimensi vertikal oklusi, keadaan defisiensi seperti hipovitaminosis (terutama vitamin B), malabsorpsi dan kekurangan zat besi, serta kelainan dimana terdapat perubahan pada anatomis bibir seperti, Orofacial granulomatosis, Crohn’s disease dan Down Syndrome.
1.      Agen Infeksi 
Beberapa literatur melaporkan bahwa agen infeksi seperti kandida albikans dan stafilokokus aureus dapat dikultur dari angular cheiltis. Agen infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih dari 54% lesi, dimana sebagian besar adalah kandida albikans dan stafilokokus aureus. Secara umum pasien yang menderita angular cheilitis disebabkan oleh jumlah kandida albikans yang melebihi jumlah sebagai flora normal dalam rongga mulut. Kandida albikans merupakan agen infeksi yang paling sering diisolasi dan secara normal terdapat dalam saliva, namun kandida albikans dapat menjadi faktor penyebab angular cheilitis apabila jumlah koloni bertambah terutama pada pasien yang memakai gigi tiruan atau pada pasien diabetes. Pada beberapa kasus angular cheilitis yang melibatkan pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol terlihat adanya hubungan antara angular cheilitis dan diabetes mellitus.
Xerostomia merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus di rongga mulut. Xerostomia atau mulut kering adalah kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya sekresi saliva dimana menyebabkan efek self cleansing di dalam rongga mulut terganggu sehingga jumlah flora normal di dalam rongga mulut tidak seimbang. Angular cheilitis dapat terjadi karena ketidakseimbangan flora normal dalam mulut yang dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dengan lebih cepat sehingga terjadi pertambahan jumlah koloni kandida albikans dan stafilokokus aureus.
2.      Faktor Mekanis 
Angular cheilitis banyak terjadi pada orang tua yang menggunakan gigi tiruan dengan dimensi vertikal yang terlalu rendah Apabila tinggi dimensi vertikal berkurang karena kehilangan gigi atau pasien memakai gigi tiruan yang tidak adekuat maka akan menyebabkan sudut mulut turun dan membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Pada lipatan sudut mulut tersebut akan menyebabkan penumpukan saliva sehingga menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme agen infeksi.
Kebiasaan menjilat sudut bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat menyebabkan angular cheiltis dan seringkali terjadi pada anak-anak. Selain itu kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).
3.      Defisiensi Nutrisi 
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), defisiensi nutrisi adalah ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik. Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara lain adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan kekurangan protein.  Menurut Zaidan terdapat hubungan antara penderita anemia defisiensi besi dengan angular cheilitis. Defisiensi besi dalam plasma darah akan menghambat penyembuhan lesi dan dapat menyebabkan angular cheilitis. Oleh karena itu, pada penelitian tersebut setelah diberikan diet suplemen yang mengandung zat besi, lesi angular cheilitis sembuh.
Sumber utama vitamin B12 umumnya berasal dari bahan pangan hewani terutama pada daging, susu, dan telur (Smith, 2008). Sedangkan asam folat banyak diperoleh pangan nabati, seperti sayuran hijau dan kembang kol (Sulistyoningsih, 2011). Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam sintesis DNA. Untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif diperlukan vitamin B12, sehingga folat dapat berfungsi normal memetabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf (Guyton dan Hall, 2008). Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan penurunan DNA sehingga mengakibatkan kegagalan pematangan dan pembelahan inti. Hal ini dapat menghambat dalam proses penyembuhan luka (Guyton dan Hall, 2008). Terhambatnya proses penyembuhan luka menunjukkan terjadinya penurunan kualitas mukosa oral yang mengakibatkan mikroorganisme bakteri dan jamur mudah melekat pada mukosa dan menurunkan sintesis protein yang menghambat metabolism sel. Perlekatan jamur khususnya Candida albican ini dapat menjadi faktor penyebab angular cheilitis (Lynch dkk,1994).   Apabila tubuh megalami defisiensi asam folat, maka dapat terjadi gangguan metabolisme DNA yang mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih, serta sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks. Defisiensi asam folat juga dapat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik, dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis), dan gangguan saluran cerna (Almatsier, 2001). Asupan vitamin B12 dan asam folat yang cukup bagi tubuh dapat mengurangi resiko terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang dapat menyebabkan abnormalitas dan pengurangan DNA yang mengakibatkan kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel (Guyton dan Hall, 2008). Menurut Stannus, Angular cheilitis ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi. Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murai et al, 2008).
Secara umum angular cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klimis yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi (Murai et al, 2008). Pada Angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi seperti yang tampak pada keadaan pasien (geographic tongue). Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi vermilion bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah. Walaupun dapat berbentuk krusta yang bernanah pada permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura di dalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutan junctional (Lubis, 2006).
Penyebab angular cheilitis belum diketahui secara pasti. Namun, beberapakemungkinan penyebab diidentifikasi di bawah ini:
1.      Kekurangan gizi : Salah satu pemicu kondisi ini adalah kekurangan gizi.Seseorang yang mengalami kekurangan riboflavin, kekurangan zat besi, dan/ataukekurangan seng kemungkinan akan terkena angular cheilitis
2.      Anorexia nervosa dan bulimia nervosa : Anorexia nervosa dan bulimia nervosa berhubungan dengan kekurangan gizi. Orang yang menderita masalah ini jugarentan terhadap angular cheilitis
3.      Sering muntah : Muntah konstan dalam waktu lama melibatkan pembukaanmulut secara konstan. Isi perut yang keluar umumnya setengah dicerna yangmembuat lembab sudut mulut sehingga membuatnya rentan terhadap infeksi.
4.      Kehilangan gigi : Kehilangan gigi umum terjadi pada usia lanjut. Hal ini akanmembuat mulut kehilangan salah satu penopangnya. Tekanan berlebih pada mulut bisa memicu angular cheilitis.5. Cuaca dingin : Pada cuaca dingin, bibir akan mudah kering dan menjadi pecah- pecah. Masalah ini sering diamati pada orang yang berada di iklim dingin.
C.     Ciri ciri Angular Cheilitis
1.      Terlihat pada satu atau kedua sisi sudut mulut.
2.      kemerahan yang menyebar,
3.      berbentuk seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis,
4.      terlihat seperti ulser yang permukaannya berlapis
         
D.    Gejala Angular Cheilitis
Gejala klinis
1.      Luka dan rasa sakit di sudut mulut merupakan gejala utama angularcheilitis. 
2.      Luka ini berbentuk ruam merah atau pembengkakan yang dapat menyebardi sekitar mulut.
3.      Jaringan mulut menjadi lunak dan ketika mulut dibuka akan terjadi perdarahan.
4.      Dalam beberapa kasus, gejala ulserasi (lesi inflamasi) dan keluarnya nanah juga dapat terjadi.
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murray, J.J. 2008).
Tanda dan gejala lain yang mungkin muncul pada sudut bibir yaitu
1.      Sudut bibir terasa terbakar
2.      Berdarah
3.      Kulit melepuh
4.      Pecah-pecah
5.      Gatal
6.      Sangat nyeri
7.      Sudut bibir kemerahan
8.      Bersisik
9.      Bengkak
10.  Jaringan mulut menjadi lunak dan ketika mulut dibuka akan terjadi perdarahan.
11.  Bibir biasanya akan terasa kering dan tidak nyaman. Terkadang bibir dan mulut Anda terasa seperti terbakar. Jika iritasinya parah, kondisi tersebut bisa dapat menyulitkan Anda untuk makan.
E.     Pencegahan Angular Cheilitis
Untuk pencegahan Anda harus menjauhkan dari kebiasaan yang bisa menyebabkan cheilitis angular, seperti:
  1. Hindari kebiasaan menjilati bibir
  2. Makan yang cukup gizi dan nutrisi
  3. Cukupi asupan zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan protein
  4. Tidak merokok
  5. Menjaga kadar glukosa dalam darah dan konsumsi insulin dengan benar
F.     Diagnosis  Angular Cheilitis
Diagnosis angular cheilitis dimulai dengan melakukan anamnesis tehadap pasien dan melakukan pemeriksaan klinis. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang.
1.      Anamnesis
 dilakukan untuk mengetahui keadaan lesi termasuk durasi, perawatan sebelumnya, dan rekurensi jika ada. Selain itu, anamnesis juga penting untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan langsung pada pasien tentang riwayat penyakit sistemik seperti anemia, penyakit diabetes mellitus, pemakaian obat-obatan dan alergi.
2.      Pemeriksaan Klinis 
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dengan observasi langsung lesi yang ditandai dengan eritema dan fisur pada sudut mulut pasien. Pemeriksaan intra oral juga dilakukan untuk melihat kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat yaitu gigi tiruan dengan tinggi dimensi vertikal yang berkurang.
3.      Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan mikrobiologi pada lesi dapat membantu dalam menentukan jenis mikroorganisme yang menyebabkan lesi tersebut. Pada beberapa kasus juga dianjurkan swab dan smear dari gigi tiruan yang dipakai oleh pasien untuk mengidentifikasikan mikroorganisme yang terlibat karena kebanyakan etiologi yang menyebabkan angular cheilitis pada pemakaian gigi tiruan adalah kandida. Pemeriksaan hematologi diperlukan untuk mendiagnosis angular cheilitis yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi dengan cara mengukur jumlah serum besi atau ferritin, dan serum vitamin B12
G.    Pengobatan Angular Cheilitis
Perawatan Angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa. Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi spesifik yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan dapat bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat adanya infeksi merupakan etiologi sekunder, jika penyebab utama tidak dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut pada anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan lain. Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara lokal tidak akan berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik (Morrison et al, 2003). Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida albicans yang salah satunya akan menyebabkan Angular cheilitis pada sudut mulut adalah dengan pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut.
 Hal yang paling penting adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Makan-makanan yang bergizi seimbang dan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu perlunya juga pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggosok gigi. Perawatan preventif dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut akan terjaga selain menghindari terbentuknya lubanglubang gigi, penyakit gigi dan gusi. (Rippon, 1998) Perawatan Angular cheilitis secara umum dapat diberikan salep anti jamur myconazole secara topical. Dengan cara pemakaian dioleskan pada sudut mulut 3xsehari. Miconazole adalah turunan dari derivate 1-phenethyl-imidazole yang merupakan anti jamur spectrum luas dan memiliki sifat bakterisid yang merusak dinding sel jamur dengan cara berikatan pada sterol pada dinding sel jamur sehingga permeabilitas sel meningkat. Hal ini menyebabkan obat masuk ke dalam sel jamur dan merusak metabolismenya yang menyebabkan sel kehilangan molekul seperti kalium dan komponen lainnya sehingga sel jamur menjadi lisis. Terapi suportif yang diberikan adalah Biolisin sirup yang merupakan multivitamin terdiri dari vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin
B12, Nikotinamida, Kalsium Pantotenat, dan Lysin. Fungsi dari vitamin C yaitu dengan pembentukan kolagen, proteoglikan dan bahan-bahan organik lain pada bagian antar sel dan jaringan.Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Lysin bermanfaat sebagi penambah nafsu makan. Terapi multivitamin tersebut bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi jaringan pada mukosa rongga mulut khususnya dalam proses perbaikan dan proliferasi sel.
 Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B perawatannya dengan memberikan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin yang mengandung vitamin B . Akan tetapi, defisiensi satu jenis vitamin biasanya diikuti gejala defisiensi nutrisi, maka dalam perawatannya pemberian multivitamin lebih efektif daripada pemberian vitamin B kompleks saja. Dilaporkan pengobatan penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam waktu 3 minggu (Decker RT, 2005).
 Pasien diberikan instruksi agar dapat menjaga kebersihan rongga mulut minimal dengan belajar menggosok gigi secara rutin dua kali sehari pada saat pagi dan malam hari guna mengurangi faktor predisposisi terjadinya angular cheilitis. Menggunakan obat yang telah diberikan (Biolisin sirup dan miconazole) sesuai dengan anjuran, yaitu dengnan minum biolysin sirup dengan takaran 1 sendok teh 1xsehari dan dengan mengoleskan miconazole pada lesi 3xsehari. Makanmakanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan nutrisi dalam tubuh sehingga dapat mengurangi faktor predisposisi terjadinya Angular cheilitis. instuksi yang terakhir adalah kontrol setelah tujuh hari melakukan perawatan. Pada saat pertama, keadaan rongga mulut pasien sudah tidak seperti delapan hari yang lalu, karena sakit pada sudut mulut, rasa sakit dan kmerahan pada lesi sudah hilang tetapi masih terdapat sedikit warna putih yang berbatas jelas
Secara umum, proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama. Pertama, respon inflamasi akut terhadap cedera mencakup hemostasis, pelepasan histamine dan mediator lain dari sel yang rusak, dan migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak tersebut. Kedua fase destruktif yaitu pembersihan jaringan mati dan yang mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Ketiga, fase proliferatif yaitu pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh jaringan ikat menginfiltrasi luka sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Faktor sistemik dapat memperlambat penyembuhan luka pada stadium ini.
 Durasi penyembuhan pada fase proliferatif adalah 3-4 hari. Keempat, fase maturasi mencakup reepitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi jaringan ikat. Pada angular cheilitis terdapat sedikit jaringan yang hilang, maka penyembuhan terjadi dengan penyatuan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan. Jaringan granulasi yang dihasilkan sangat sedikit. Reepitalisasi secara normal sudah sempurna dalam 10-14 hari dan biasanya hanya menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda menjadi putih Pada perawatan angular cheilitis dengan menggunakan antifungal golongan azol, antifungal ini beraksi dengan menghambat enzim sitokrom p-450 yang terlibat dalam sintesis sel fungal.
Target prinsipnya adalah 14α-demethylase yang mengubah 14αmethylsterols menjadi ergosterol dalam membran sel fungal. Oleh karena itu dapat menyebabkan perubahan membran sel fungal dengan menghalangi 14α-demethylation step dalam sintesis ergosterol (pengurangan ergosterol dan akumulasi dari 14α methylsterols), dimana ini merupakan konstituen penting dari membran sel fungal yang menjadi permeabel terhadap konstituen intraseluler dan menyebabkan perubahan dalam beberapa fungsi membran terkait. Pada perawatan angular cheilitis dapat juga menggunakan antifungal golongan polien yang bekerja dengan mengikat ergosterol membran sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan permeabilitas sel. Apabila biosintesis ergosterol ini dihalang maka akan merusak permeabilitas sel membran fungal dan pada akhirnya sel jamur akan mati.
H.    Usia penderita Angular Cheilitis
Angular cheilitis yang diakibatkan dari infeksi jamur banyak menyerang padakalangan anak – anak yang berusia 6 – 12 tahun yang disebabkan oleh penderita dengan kesadaran kesehatan yang kurang baik dan kebutuhan akan nutrisi. Banyaknya anak-anak yang terserang angular cheilitis dikarenakan pada usia anak-anak tingkat kerentanan penyakit akan mudah menyerang apabila anak tersebut kurang menjaga kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.         Penyakit Angular cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut mulut, penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebabnya  antara lain Agen infeksi yaitu bakteri/ jamur penyebabnya.
2.          Faktor mekanik, yaitu Kebiasaan menjilat sudut bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat menyebabkan angular. Selain itu kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).
3.          Faktor defisiensi Nutrisi yaitu ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik. Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara lain adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan kekurangan protein, untuk melakukan pencegahan penyakit ini maka dapat dilakukan yaitu meninimalisisr dari factor resiko tersebut.
4.         Penyakit gigi dan mulut yang banyak menyerang di Puskesmas Tanjung Satai Kecamatan Kepulauan Maya Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat adalah angular cheilitis yang menyerang pada anak-anak usia 6-12 tahun.
5.         Program yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Satai Kecamatan Kepulauan Maya Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat selain memberikan pengobatan di Puskesmas juga memberikan penyuluhan baik di posyandu melalui Puskesmas Keliling dengan memberikan penyuluhan kepada orang tua dan memberikan pengobatan kepada penderita angular cheilitis dengan cara memberikan antiseptik topikal, salep dan melakukan suntikan filler, selain itu program yang digalakkan oleh puskesmas adalah dengan memberikan makanan gratis di posyandu setiap 2 minggu sekali untuk membantu memberikan nutrisi pada anak guna mencegah meluasnya penderita angular cheilitis.

B.       Saran
1.         Peningkatan Program Promotif dan Preventif melalui Puskesmas Keliling dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat menghindari penyakit angular cheilitis.
2.     Dalam upaya meningkatkan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dibutuhkan peran lintas sektoral untuk dapat berperan aktif melalui kesepakatan bersama dalam rangka mendukung program kesehatan dengan memberantas angular cheilitis
3.         Peran serta orang tua sangat diperlukan untuk memperhatikan kesehatan anak dan untuk memenuhi nutrisi untuk tumbuh kembang anak agar anak terhindar dari penyakit angular cheilitis.

DAFTAR PUSTAKA
Burket’s. Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th ed.Philadelphia : J.B Lippincott Co, 1994: 66 – 7.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol II (1).
Ohman SC, Dallen G, et all.  Angular cheilitis : A Clinical and Microbial Study. J. Oral Pathology , Vol. 15, 1986: 213-7
Susan ZL. Angular cheilitis; Etiologi and diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6
Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th ed. Newyork:oxford University Press; 2008: 177
Profil Puskesmas Tanjung Satai Kecamatan Kepulauan Maya Kabupaten Kayong Utara, 2019





No comments:

Post a Comment

Angka Stunting 30 % di Indonesia

Angka Stunting 30 % di Indonesia       30 Persen Balita Mengalami Stunting Dari hasi publikasi kesehatan dasar Kementerian Kesehatan pada...